18 Februari 2014
“Mendengar
Perintah”
aya tidak tahu ada berapa dari saudara yang masih ingat setiap
larangan-larangan yang dilontarkan orang tua kepada kita sewaktu kita masih
kecil. Apapun itu pastinya sebuah ajaran sehat yang mendidik untuk menjadi
lebih baik. Dan setelah merenung-renung akan semua itu dalam situasi sekarang
yang semakin menantang ini justru ajarannya semakin berat juga dan yang memilih
untuk menjadi lebih baik tentunya akan melakukan ajaran tersebut.
Dalam
khotbah di bukit Tuhan Yesus memberi ajaran kepada murid-murid dan orang banyak
yang mendengar pada saat itu bahwa bukan hanya dosa yang terang-terangan saja
seperti membunuh yang akan mendapat hukuman namun bagi yang marah kepada
saudaranya yakni kemarahan yang mendendam yang secara tidak adil yakni
menghendaki kematian orang lain haruslah dihukum. Dan kepada mereka yang memaki
dengan kata “Kafir” berarti tolol/kurang akal, akan diadili di hadapan mahkama
Agama dan bagi yang mengatakan “jahil” yang berarti bodoh dalam ajaran agama
akan diserahkan ke dalam api yang menyala-nyala. Karena itu ketika hal-hal
tersebut tidak dibereskan terlebih dahulu lalu datang menyembah Tuhan dan
mereka ingat akan hal itu maka mereka harus kembali lebih dulu untuk berdamai
kapanpun dan dimana pun.
Allah
sama sekali tidak menghendaki anak-anak-Nya menghadap Dia dengan masih
memelihara akar-akar pahit dalam dirinya. Ia hanya mau disembah oleh mereka
yang murni hatinya, pikirannya, kata-katanya dan dengan sikap hidupnya. Karena
ketika ada relasi buruk dengan orang lain maka mereka sebagai lawan akan
mengaduh kepada Tuhan lewat doa, dan Tuhan akan bertindak untuk menyerahkan ke
dalam neraka yang menyala-nyala. Jadi sampai kapanpun tidak ada kata atau
istilah libur dalam menerima dan menaati perintah Tuhan dalam hidup kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar